Monday, August 06, 2007

Air Kata-Kata: Sebuah Samudera yang Luas

*****************************************************************
Advertorial: Pengguna Internet Dibayar dari AGLOCO.COM.
Daftar gratis di sini www.agloco.com/r/BBGM0279
*****************************************************************


Dalam literatur Jawa tentang spiritualitas dikatakan bahwa Rasajati (inti terdalam manusia, kebenaran yang tertinggi) adalah Rasa yang paling halus, dan karenanya paling luas, dan Ia mencakup semua tingkatan rahsa yang berada di bawahnya. Makin halus rasa seseorang dia akan makin momot, makin luas ruang hatinya, bagai samodera raya yang dapat menampung ribuan sungai yang mengalir kepadanya tanpa menjadi penuh maupun kotor. Maka Rasajati, rasa yang paling halus dari semua rahsa itu, dapat momot (memuat) semua rahsa: dari yang paling kasar hingga yang paling halus, dari alam bekasakan (alam neraka yang paling bawah) hingga alam kaswargan luhur (alam surga yang tertinggi).

Buku 'Air Kata-kata' yang ditulis oleh Romo Sindhunata (diterbitkan oleh Galang Press dan Bayu Media, tahun 2003) menurut saya sangat menarik. Buku ini ditulis oleh seorang pastur, namun di dalamnya tidak hanya terdapat doa-doa yang 'suci' dan sakral, tapi bahkan juga terdapat makian dan umpatan, dalam 'Kutukan Asu' (Jw.: anjing) misalnya:

Aku ini bukan binatang jalang
Aku hanya khewan omahan
Aku ini asu. Asu, Su!
(Hal. 64)

Di dalam buku ini Romo Sindhu mengungkapkan hal-hal apa saja: dari hal-hal yang paling kasar hingga yang paling halus, dari yang profan hingga yang spiritual...dari kisah tentang seorang guru yang mendem ciu hingga Ave Maria. Begitulah dikisahkan seorang guru yang karena kesulitan ekonomi melarikan diri dari realitas kehidupan dan minum ciu (sejenis arak) hingga mabuk dan 'melayang-layang', maka dia pun dikejar-kejar polisi... namun karena nasibnya lagi apes, saat lari ketakutan dia malah nubruk polisi yang mau menangkapnya:

Aku mlayu sandalku kari
Kesusu malah nubruk Pulisi
Aku kaget setengah mati
Pulisine malah tak rangkuli
(Hal. 15)

Di dalamnya kita juga dapat menemukan mantra-mantra suci, kawruh-kawruh kebatinan Jawa yang adiluhur, tentang ngelmu pring (ilmu bambu) misalnya, yang mengajak kita untuk belajar dari kelenturan, kerendahan hati dan 'kekosongan' yang dimiliki sebatang bambu:

Pring iku mung suket
ning gunane akeh banget
Yaiku jenenge ngelmu pring
dadia kaya pring
prasojo ora duwe apa-apa
ning merga ora duwe apa-apa
bakal bisa dadi apa-apa
kaya pring
(Hal. 44)

Yang menarik dari buku ini menurut saya adalah: keluasan isinya, bagai samodera yang dapat menampung apa saja yang masuk ke dalamnya, baik yang kasar maupun yang halus, yang 'neraka' maupun yang 'surga'... semua ia rangkul dengan kasih yang tidak membedakan. Bukankah demikian juga Tuhan mengasihi kita? Sebab Ia "...menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar." (Matius 5:45).

Salam,
www.catatanrenungan.blogspot.com

0 Comments:

Post a Comment

<< Home