Friday, March 23, 2007

Prokencong-prokencong Waru Dhoyong


Beberapa tokoh dalam dunia wayang kulit suka mengeluarkan kata-kata pembukaan sebelum memulai pembicaraannya, kata-kata ini tak bermakna, seperti orang yang menceracau dan kacau sekali. Dan masing-masing tokoh memiliki kata-katanya yang khas sendiri. Sang Hyang Pukulun Bathara Naradha misalnya, sebelum medhar sabda-nya, biasanya akan bergumam begini: prokencong-prokencong, pak-pak pong, waru dhoyong ditegor uwong... Lain lagi dengan Semar: laeeee-laeee... mbegegeg ugeg-ugeg, sadulit-dulita, hemel-hemel... Pandhita Durna juga memiliki kata-katanya yang khas: Lole-lole soma lole soma rante, woh gembol monyor-monyor...

Entah kenapa, kata-kata yang kacau dan tak bermakna seperti itu kadang justru bisa menembus makna yang paling dalam. Bandingkan dengan lirik Lewis Carrol (Through The Looking Glass, 1872) di bawah ini:

Twas brillig, and the slithy toves did gyre and gimle in the wabe, all mimsy were the borogoves, and the mome rath outgrabe...

Mungkin karena kata-kata yang nampaknya kacau tersebut, jika dirasakan ternyata menyajikan sebuah harmoni: harmoni yang mengatasi segala konsep, yang tidak bisa disampaikan dengan kata-kata yang terikat pada konsep. Dan satu-satunya cara untuk mengungkapkannya adalah: menggunakan kata-kata yang telah dilepaskan dari konsepnya.

Dan kalau kita amati, alam semesta pun nampaknya begitu: kelihatan kacau, tapi menampilkan sebuah harmoni. Seperti musik jazz-lah! Saya masih teringat ketika saya iseng-iseng belajar melukis. Ketika pertama kali berusaha menggambar obyek, saya mengira bentuk dan warna obyek-obyek itu begitu teratur dan tertib. Tapi semakin dalam saya mengamati obyek yang ingin saya lukis: sebatang pohon pisang misalnya, saya menyadari betapa nampak kacau bentuk dan warna segala sesuatu. Ranting-ranting pohon, daun-daun, batu-batu kerikil yang berserakan di tanah, awan putih, bulu ayam... seolah semuanya nampak acak dan tidak mengikuti pola tertentu. Namun dari 'kekacauan' tersebut, tercipta sebuah harmoni dan pemandangan yang sedap dipandang mata: sawah ladang, sungai, gunung dan awan.

Terdapat Kekuatan Luar Biasa (yang di dalam film The Star Wars disebut sebagai The Force). Kekuatan yang sanggup menciptakan harmoni dari kekacauan. Dan konon pada mulanya bumi pun tak berbentuk dan kosong...

The earth was formless and void, and darkness was over the surface of the deep, and the Spirit of God was moving over the surface of the waters. (Genesis 1:2, NASB).

0 Comments:

Post a Comment

<< Home