Friday, September 15, 2006

Harmoni dan Keselamatan

Dhandhanggula
Ana kidung rumeksa ing wengi
Teguh hayu luput ing lelara
Luputing bilahi kabeh
Jim setan datan purun
Paneluhan tan ana wani
Mungguh penggawe ala
Gunaning wong luput
Geni atemahan tirta
Maling adoh tan wani marak ing mami
Tujuh guna pan sirna



Kidung adalah manifestasi dari harmoni. Bagi orang Jawa harmoni adalah penjaga keselamatan: ana kidung rumeksa ing wengi... terdapat sebuah kidung (harmoni semesta raya) yang menjaga kehidupan. Inti budaya Jawa adalah harmoni. Di dalam harmoni-lah ditemukan keselamatan. Jika harmoni ini terganggu, akan timbul bencana atau sengkala.

Semua ritual dalam tradisi Jawa didasarkan pada prinsip ini: untuk menjaga atau memulihkan harmoni. Misalnya: slametan, atau kenduri. Dengan kenduri orang sekampung berkumpul dan berbagi makanan dari ambeng yang sama: sehingga hubungan baik antar sesama dipulihkan dan harmoni kembali ditegakkan. Ketika ada seorang yang sakit misalnya, bagi mereka yang masih menjalankan tradisi ini, akan mengadakan slametan, dengan dipulihkannya hubungan baik dengan orang-orang di sekitarnya, diharapkan si sakit dapat sembuh kembali.

Ilmu kedokteran modern pun meyakini bahwa hubungan (relationship) yang sehat dan hormonis dengan orang-orang di sekitar kita sangat besar dampaknya pada kesehatan kita. Orang-orang yang hubungannya dengan orang-orang di sekitarnya tidak harmonis, selalu diwarnai percekcokan dan perang urat-saraf akan rentan dengan penyakit stres dan serangan jantung. Orang Jawa telah menyadari hal ini jauh hari sebelumnya, dengan ritual kenduri mereka mengharapkan pemulihan hubungan yang harmonis dan sehat dengan para tetangga.

Orang Jawa bukan saja meyakini adanya alam yang kelihatan tapi juga alam yang tidak kelihatan, yang tidak kasat mata. Dan hubungan yang harmoni dengan alam yang tidak kasat mata itupun harus dijaga: maka diberikanlah sesaji di tempat-tempat keramat. Mereka tidak bermaksud menyembah roh-roh gaib itu tapi sekedar menjaga harmoni dengan mereka.

Demikian juga harmoni dengan alam: dengan sawah ladang, pepohonan, hewan-hewan piaraan. Pada keluarga-keluarga tertentu yang masih sangat kuat tradisi Jawanya, mereka akan mengadakan slametan bukan saja dalam setiap momen kehidupan seperti kelahiran, sunatan, mantenan, atau kematian tapi juga dalam momen-momen yang penting dalam hubungan manusia dengan alam: seperti saat panen, atau ketika sapi mereka beranak... setiap momen adalah anugerah dan layak disyukuri.


Salam,

0 Comments:

Post a Comment

<< Home