Saturday, September 02, 2006

The Psycho-Therapy of Dagelan


Kedudukan dagelan dalam seni pertunjukan masyarakat Jawa sangatlah vital. Dalam setiap seni pertunjukan yang dikenal masyarakat Jawa, entah itu kethoprak, ludruk, wayang kulit, wayang wong, selalu terdapat porsi tersendiri yang khusus disediakan untuk dagelan. Dagelan adalah semacam komedi tradisional dengan citarasa yang sangat Jawa. Bahkan dagelan bisa menjadi seni pertunjukan yang berdiri sendiri: seperti Kirun Cs, dan di masa lalu terdapat dagelan yang sangat legendaris: Basiyo dkk, juga terdapat lawakan Junaidi Cs, dan di Jawa Timur terdapat sang maestro ludruk Kartolo dkk.

Dagelan menjadi begitu penting karena dagelan dapat menjadi katup pelepas uneg-uneg dan ketegangan yang tersimpan di alam bawah sadar. Meminjam psikologi Freud, segala sesuatu yang ditekan ke dalam alam bawah sadar akan menimbulkan ketegangan syaraf, karena apa yang ditekan tadi akan terus-menerus berusaha muncul ke dalam pikiran sadar dan minta diakui keberadaannya. Namun karena tuntutan tata-krama sosial, apalagi dalam budaya Jawa yang sangat ketat dalam hal unggah-ungguh, sopan santun dan etika, dorongan-dorongan bawah sadar tersebut tidak bisa dilampiaskan begitu saja... dan di dalam dagelan semua itu menemukan bentuk ekspresinya yang lucu dan artistik, dan yang lebih penting lagi diterima oleh masyarakat sebagai sesuatu yang umum. Kata 'umum' ini penting sekali dalam budaya Jawa, sebab setiap orang dalam masyarakat Jawa akan menghindari sesuatu yang 'tidak umum', dan akan selalu berusaha mengikuti norma dan peraturan yang dianggap 'umum'. Tidak umum berarti identik dengan nyeleneh, eksentrik, atau bahkan tidak normal.

Namun di dalam dagelan, semua yang tidak umum, tidak normal, eksentrik dan nyeleneh dimungkinkan dan diperbolehkan untuk terjadi. Di dalam dagelan ide-ide baru, segar dan kreatif bisa saja dimunculkan dan diketemukan. Di dalam dagelan orang boleh menemukan pelampiasan yang artistik segala sesuatu yang menjadi uneg-uneg di dalam alam bawah sadarnya: di dalam dagelan orang boleh menertawakan kemiskinan, melihat dan menertawakan kebodohannya sendiri... dan disembuhkan dari luka-luka batinnya. Bagaimanapun juga tawa tetap menjadi obat yang paling mujarab.

Yu Painten kleleken timba,
cekap semanten kidungan kula.

1 Comments:

Blogger adhi said...

Yu Painten Ketiban Jenadelo
Cekap Semanten Kidungan Kulo...

Salam Kartolo CS. Cak...

12:47 PM  

Post a Comment

<< Home