Saturday, September 02, 2006

Anton Chekov dan Kartolo

Baik Anton Chekov maupun Kartolo sama-sama mengajak kita untuk menertawakan panggung sandiwara kehidupan. Bedanya adalah: jika Chekov mengajak kita tertawa dengan terlalu serius, dengan hati yang getir, Kartolo mengajak kita untuk tertawa lebar, kalau perlu sampai terbahak-bahak. Karena dia memang seorang pelawak. Dia adalah seorang maestro ludruk dari Jawa Timur yang kaset-kaset ludruknya masih digemari banyak orang hingga saat ini.

Baik Chekov maupun Kartolo mengajak kita untuk melihat kehidupan sebagai sebuah panggung sandiwara. Dalam sebuah lakon ludruknya misalnya dikisahkan Dalang Kartolo mendapat tanggapan untuk mayang di rumah Sapari yang sedang punya gawe. Tapi ia lupa membawa kotak wayang, yang ia bawa justru kotak tukang. Maka terpaksa pertunjukan wayang kulit pun diubah menjadi wayang orang, dan tak ketinggalan Sapari, si pemilik rumah, pun diminta untuk jadi wayang...

Lakon ludruk Kartolo di atas mengingatkan saya pada pandangan Jean Paul Sartre yang mengatakan bahwa manusia ibarat terlempar ke atas panggung sandiwara kehidupan, tanpa tahu peran apa yang harus ia mainkan! Menurut Sartre, manusia tidak memiliki esensi bawaan dari 'sononya'. Dia harus menentukan sendiri peran itu baginya. Dan ironisnya, ia seringkali gagal menjalankan peran yang ia pilih sendiri. Begitulah menurut Sartre: manusia dikutuk untuk bebas! Karya-karya Sartre pun lucu, namun juga getir...

Namun mungkin sudah menjadi pembawaan orang Eropa untuk menjadi terlalu serius dalam hal apa saja, bahkan dalam hal tertawa pun mereka terlalu serius. Lihatlah cerpen-cerpen Anton Chekov: betapa getir dan nyinyir nasib manusia.... Lain halnya dengan Kartolo, mungkin unsur 'getir' itu tetap ada juga dalam lakon-lakon ludruknya, bedanya adalah: Haji Kartolo tetap dapat mengajak kita untuk tertawa lebar: tanpa perasaan getir yang terlalu serius. Toh semuanya ini hanya sendau gurau dan permainan.

Uwur-uwur kodhok segara
Montor mabur kok numpak dara
Sukur-sukur urip ndhek alam donya
Jok susah ngukur dalan nang swarga
Ngguyua ae mbarek Kartolo
Sukur nimba kecemplung sumur
Urip sukur gak kejegur-jegur

0 Comments:

Post a Comment

<< Home