Saturday, September 02, 2006

Rama Bargawa dan Bencana Spiritual

Essay ini didedikasikan untuk mBah Dul di Yogyakarta yang terkena musibah gempa bumi.
Setiap kali terjadi bencana alam: entah itu gempa bumi atau tsunami, banjir bandang atau gunung meletus, media-media seperti televisi dan surat kabar akan ramai membicarakannya, tapi ketika terjadi bencana spiritual: hancurnya nilai-nilai moral dan kemanusiaan, tidak pernah terdengar orang ramai membicarakannya.
Lakon wayang kulit Rama Bargawa adalah salah satu lakon yang paling berkesan di benak saya: saya menonton pagelaran lakon ini sudah sekitar 10 tahun yang lalu, dan dalangnya adalah Ki Purbo Asmoro yang sangat menguasai seni filsafat dan sastra dalam wayang kulit. Alkisah, kerajaan di mana Rama Bargawa bekerja sebagai penegak hukum mengalami krisis moral: sang raja asyik bertapa di gunung dan gua-gua untuk mencari 'ilmu', sementara sang permaisuri karena kesepian mencari kepuasan dari prajurit-prajurit kerajaan yang perkasa. Maka lengkaplah sudah kerusakan kerajaan tersebut: ekonomi dan politik tidak tertata, sementara sang permaisuri hanyalah seorang tukang selingkuh. Ironisnya: sang raja dan permaisuri dalam kerajaan tersebut adalah ayah dan ibu kandung Rama Bargawa sendiri.
Rama Bargawa sebagai seorang pembela kebenaran tentu merasa sangat terpukul menyaksikan kondisi di sekitarnya: lebih celaka lagi sang raja, yaitu ayah kandungnya, memintanya untuk menghukum mati ibunya sendiri sebagai hukuman atas pelangaran moral yang beliau lakukan: yaitu berselingkuh. Rama Bargawa menghadapi dilema moral yang sangat berat: di satu sisi, sebagai hakim di negeri tersebut dia harus menghukum siapapun yang bersalah: dalam hal ini dia harus menghukum m

0 Comments:

Post a Comment

<< Home