Monday, November 20, 2006

Samba Juwing: Ketidaksinkronan Alam Atas dan Alam Bawah

Samba adalah anak Bathara Kresna, dewa kebijaksanaan dalam wayang kulit, tapi ia mengalami nasib yang tragis: cintanya pada Hagnyanawati tidak kesampaian, karena Hagnyanawati keburu diperistri oleh orang lain, yaitu: Boma Narakasura, saudaranya sendiri satu ayah lain ibu. Maka diam-diam ia pun menyelingkuhi Hagnyanawati. Namun perbuatannya itu ketahuan oleh Boma Narakusura, maka meledaklah amarah Boma dan Samba pun akhirnya mengalami nasib yang tragis: ia harus mati dengan kondisi tubuh yang mengenaskan, dijuwing-juwing oleh Boma Narakasura.

Yang menarik dalam lakon ini adalah: menurut 'hukum langit' (menurut Plato mungkin keadaan yang sempurna di alam ide) Hagnyanawati seharusnya menjadi istri Samba, karena mereka berdua adalah titisan Hyang Drema dan Dewi Dremi di kahyangan, yang merupakan sepasang suami istri. Namun karena kesalahan penjelmaan, Hagnyanawati bukannya menjadi istri Samba, melainkan menjadi istri Boma yang berwatak jahat.

Lakon ini menggambarkan segurat alam pemikiran orang Jawa: bahwa kehidupan di dunia ini ibarat lakon yang harus dijalani yang kadang tidak bisa dipertanyakan. Salahkah Samba mencintai Hagnyanawati, yang di kahyangan adalah istrinya sendiri? Bukankah ia hanya korban kesalahan penjelmaan yang berada di luar kekuasaannya? Salahkah Boma yang membunuh Samba karena menyelingkuhi istrinya? Namun yang menarik: Boma yang berwatak jahat akhirnya harus mati di tangan ayah kandungnya sendiri, yaitu Bathara Kresna, sang pralambang kebijaksanaan. Mungkinkah dengan sirnanya kejahatan, 'lakon wayang' akan menjadi lebih baik, dan alam bawah akan menjadi lebih sinkron dengan alam atas?

0 Comments:

Post a Comment

<< Home