Monday, November 20, 2006

The Power of Harmony


Bagi orang Jawa harmoni adalah kebenaran tertinggi. Dalam literatur kebatinan Jawa: seluruh alam raya ini, dari yang paling kecil hingga yang paling besar, dari yang paling kasar hingga yang tidak kasat mata, semua terangkum dalam satu kesatuan harmoni yang maha besar, yaitu: Hyang Agung. Hyang Agung yang memberi nafas kehidupan kepada setiap makhluk. "...Hyang Agung adi linuwih ingkang paring pengayoman dumateng sagung dumadi."

Dari pendekatan sains, kekuatan harmoni ini dapat dipahami dengan melihat bahwa setiap benda di jagat raya, planet-planet, bintang-bintang, komet, asteroid, batu-batu meteor, selalu bergerak di dalam garis lintasan atau orbit-nya yang sesuai dengan Hukum Harmoni. Seperti yang pernah diungkapkan oleh Prie GS dalam essay-nya di Smart FM: Hukum Harmoni ini begitu dahsyatnya, sehingga jika ada sebuah benda langit yang menyalahi garis edarnya, sebuah meteor misalnya, dan memasuki atmosfir bumi, maka meteor itu akan habis terbakar sebelum menyentuh permukaan bumi. Begitulah Hukum Harmoni itu mengatur dan memelihara kehidupan.

Filosofi Jawa sepenuhnya percaya dan bersandar pada kekuatan Harmoni ini, termasuk dalam menghadapi kejahatan. Dalam spiritualitas orang Jawa, perbuatan yang jahat disebut sebagai perbuatan yang ala (jelek), sesuatu yang tidak estetis, yang melanggar Hukum Harmoni. Tidak ada kata khusus dalam bahasa Jawa yang berarti jahat (evil), yang ada adalah kata ala atau elek, yang secara harafiah berarti jelek atau sesuatu yang tidak selaras. Kejahatan dipandang sebagai pelanggaran terhadap Harmoni... dan seperti batu meteor yang melanggar garis edarnya dan memasuki atmosfir bumi, dia akan habis terbakar oleh kekuatan Harmoni yang memelihara kehidupan.

Maka sikap seorang ksatria Jawa dalam menghadapi kejahatan adalah: berserah diri sepenuhnya kepada Hyang Agung, Kekuatan Harmoni semesta raya yang memelihara kehidupan... dan tak akan ada kejahatan yang dapat mengalahkannya. Bahkan para Kurawa yang berjumlah seratus orang itupun dapat dikalahkan oleh Pandhawa Lima yang hanya berjumlah lima orang. Sikap berserah diri sepenuhnya pada Hyang Agung ini diungkapkan dalam sebuah semboyan yang sangat terkenal, yang merupakan puncak spiritualitas orang Jawa: "Sura sudira jayanikang rat syuh brasta tekaping ulah dharmastuti", yang kemudian diteruskan dalam ungkapan bahasa Jawa baru: "Suradira jayaningrat lebur dening Pangastuti."


>

1 Comments:

Anonymous Anonymous said...

merit casino review in India 2021
Best Bitcoin online casino review in India【2021】 slots online casino review in India【2021】 메리트카지노 slot online casino review in India】

10:20 PM  

Post a Comment

<< Home