Tuesday, June 06, 2006

Nyadran

Nyadran


Di kampung saya masih sering diadakan upacara nyadran. Meski frekuensinya sangat berkurang dibandingkan ketika saya masih kecil dulu. Dulu sewaktu saya masih kecil, setiap bulan 'Ruwah', hampir setiap rumah mengadakan kenduri untuk mengenang arwah anggota keluarga yang telah meninggal. Sehingga setiap bulan 'Ruwah', hampir tiap petang saya bisa makan daging ayam kampung yang direbus. Tapi acara kenduri seperti itupun sekarang berkurang sekali. Hanya masih tersisa satu dua keluarga yang bersedia mengadakannya.

Sedangkan 'nyadran' adalah semacam kenduri juga yang biasa diadakan di tempat keramat. Di kampung kami terdapat dua tempat keramat ini: Sumur Kidul (sebuah sumur tua dengan pohon beringin besar ) dan Punden (yang dipercaya sebagai tempat peristarahatan Sunan Giri sewaktu singgah di kampung kami. Kini kampung di mana terdapat petilasan Sunan Giri tersebut diberi nama kampung Giren (kependekan dari 'Sunan Giri leren'). Setahun sekali pada peringatan hari bersih desa (sedekah bumi), orang-orang membawa ayam ingkung lengkap dengan nasi dan lauk-pauknya ke Punden. Di sana mereka akan saling berbagi: dan dengan demikian memulihkan harmoni (keselarasan) hubungan manusia dengan sesamanya, manusia dengan alam semesta, bahkan manusia dengan roh-roh gaib yang tidak kelihatan.

Inti budaya Jawa adalah: Harmoni (keselarasan). Keselamatan ditemukan di dalam harmoni. Sehingga kenduri disebut juga: slametan. Di dalam kenduri, orang sekampung berkumpul, dan berbagi makanan dari 'ambeng' yang sama: hubungan baik dipulihkan, harmoni kembali ditegakkan. Orang Jawa bukan saja merindukan harmoni dalam hubungan antar manusia tapi juga hubungan manusia dengan alam semesta, bahkan dengan roh-roh gaib yang tidak kelihatan: maka diberikanlah sesaji di tempat-tempat angker: sumur-sumur tua dan pohon-pohon besar. Mereka tidak bermaksud 'menyembah' roh-roh tersebut, tapi sekedar bermaksud memulihkan keselarasan dengan seluruh alam (termasuk dengan alam yang tidak kelihatan).

Karena hanya di dalam keselarasan (harmoni) dapat ditemukan keselamatan. Jika harmoni ini terganggu maka timbulah bencana: banjir bandang, perang, kerusuhan, terorisme, sakit-penyakit... dan semua bentuk 'sengkala' lainnya.

Walahualam.


***

0 Comments:

Post a Comment

<< Home