Tuesday, June 06, 2006

Gamelan Sekaten

Gamelan Sekaten


Setiap kali mengunjungi sekaten, saya selalu menyempatkan diri mendengarkan gamelan sekaten. Konon, mendengarkan gamelan sekaten bikin orang awet muda, panjang umur, dan gampang golek sandhang pangan. Entah benar entah tidak, gamelan sekaten menurut saya sangat artistik: pada awalnya tersendat-sendat dan meledak-ledak, seperti musik tango yang 'histeris' ; makin lama makin lembut, teratur, dan laras, lalu diakhiri dengan hingar bingar: menggambarkan perjalanan spiritualitas orang Jawa: mula-mula samar-samar, makin lama makin terang, sampai akhirnya menemukan pencerahan yang terang benderang.

Di dalam spiritualitas orang Jawa gamelan memiliki kedudukan yang sangat terhormat, sebab gamelan mengejawantahkan inti terdalam spiritualitas orang Jawa, yaitu: harmoni. Inti budaya Jawa adalah harmoni. Keselamatan hanya ditemukan di dalam harmoni. Jika harmoni terganggu, timbullah malapetaka (sengkala).

Di dalam alam pemikiran orang Jawa, segala sesuatu tercipta di dalam harmoni. Harmoni-harmoni kecil membentuk harmoni yang lebih besar, harmoni-harmoni yang lebih besar membentuk harmoni yang lebih besar lagi... hingga akhirnya membentuk satu-kesatuan harmoni yang maha besar: Hyang Agung.

Maka tak heran jika gamelan yang merupakan pengejawantahan harmoni, diberi gelar spiritual yang sangat terhormat, yaitu: kyai. Seperti Kyai Guntur Madu dan Kyai Guntur Sari yang ditabuh di pelataran Masjid Agung dalam perayaan sekaten, yang konon diciptakan oleh Sunan Kalijaga.

Selain disuguhi gamelan sekaten, pengunjung sekaten di pelataran Masjid Agung juga selalu ditawari mbok-mbok bakul yang menjual kinang, telur asin (endhog kamal), cambuk (pecut), dan gangsingan. Yang masing-masing memiliki arti. Kinang: kinang terdiri dari lima unsur: enjet, gambir, suruh, kinang, mbako, yang menggambarkan kelima rukun Islam yang harus diamalkan pemeluknya, maka di setiap perayaan sekaten selalu dijumpai endhog kamal. Dalam mengamalkan itu kalau perlu seseorang harus 'mencambuk' diri sendiri, maka di setiap perayaan sekaten selalu dijumpai orang berjualan cambuk (pecut), agar ibadahnya kepada Tuhan bisa mubeng seser kaya gangsingan....



***

0 Comments:

Post a Comment

<< Home