Tuesday, June 06, 2006

Tombeng

Tombeng adalah salah seorang yang saya percaya untuk memelihara beberapa ekor kambing saya. Serahkanlah pekerjaan pada ahlinya, maka pekerjaan tersebut akan beres. Dan soal merawat kambing, Tombeng adalah ahlinya. Kambing-kambing saya terpelihara dengan baik di kandang belakang rumahnya. Dua kali sehari dia ngarit mencari pakan. Tiap hari paling tidak dia akan mencemaskan hal ini: Kemana lagi hari ini aku akan mencari pakan?

Dan mencari pakan bukanlah hal yang mudah: Menentukan lokasi di mana dia dapat menemukan dedaunan yang segar yang disukai kambing, dan lebih-lebih lagi tak akan ada orang yang keberatan jika dia ngarit di situ, bukanlah persoalan yang sepele. Namun dia sudah ngarit kurang lebih tujuh tahun, dan dia selalu menemukan lokasi untuk mencari pakan. Bagi saya hal itu sudah merupakan sebuah keajaiban.

Dan Tombeng saya rasa bukan saja mencukupi kebutuhan pakan kambing-kambingnya, tapi juga memelihara mereka dengan penuh rasa kecintaan.

Soal urusan cinta perkambingan ini saya rasa tidak berlebihan. Saya pernah diajak Tombeng mengawinkan kambing. Karena kami tidak punya kambing pejantan, kami terpaksa harus pergi ke kampung sebelah pada seseorang yang memiliki kambing pejantan etawa. Kambing pejantan etawa ini ukurannya sangat besar, sehingga kambing babon kami tak akan kuat menopang berat badannya. Maka mengawinkan kambing bukanlah persoalan yang mudah, terutama jika pejantannya setinggi dada orang dewasa! Tapi Tombeng adalah seorang yang pantang menyerah dan selalu penuh semangat. Maka dia pun duduk bersandar pada tembok dengan posisi badannya agak condong ke belakang. Dengan kedua tangannya dia menopang kambing babon yang tepat berada di atas tubuhnya, sementara si kambing pejantan 'main' dari belakang. Saya tak bisa menahan geli melihat adegan tersebut. Dan boleh percaya atau tidak, kambing pun melakukan foreplay sebelum main. Saya melihat dengan kepala saya sendiri, kambing pejantan dengan rakus menjilati pipi kambing betina. Dan karena muka Tombeng begitu dekat berhadapan dengan muka kambing betina, saya takut kalau-kalau kambing pejantan itu salah mencium pipi yang mana.

Namun Tombeng bukan saja pandai bergaul dengan kambing. Dia juga seorang yang sangat luwes dalam pergaulan. Dia disukai semua orang. Di mana saja dia berada, dia selalu menjadi pusat perhatian dan menebarkan semangat pada orang-orang yang ada di sekitarnya. Tombeng dapat menembus batas. Dia dapat bergaul baik dengan semua kalangan. Meskipun pekerjaan sehari-harinya cuma ngarit, dia dapat bercanda akrab bahkan saling meledek dengan kalangan birokrat yang ada di kecamatan, juga dengan bapak-bapak polisi yang ada di Polsek. Pada acara-acara seperti hajatan dia akan jagongan bersama 'orang-orang penting' dalam pemerintahan desa dan tertawa bersama mereka. Mereka menyukai Tombeng. Kami semua menyukai Tombeng.

Saat pemilihan umum atau pemilihan kepala desa, Tombeng menjadi seorang tokoh yang sangat diperhitungkan. Kemampuannya bergaul baik dengan semua kalangan menjadikan dia cukup menentukan dalam perolehan suara. Tombeng dapat mempengaruhi suara orang banyak.

Saya sering merenungkan pribadinya: Dia bukan seorang kaya, bukan seorang yang berkuasa, bukan seorang yang berpendidikan tinggi, juga bukan seorang pria yang tampan, tapi kehadirannya sungguh berarti. Bahkan dalam urusan politik pun dia menjadi tokoh yang sangat diperhitungkan. Orang macam apakah itu?

Hidupnya memang seperti kura-kura yang merangkak dalam lumpur, tapi seperti yang dikatakan oleh Chuang Tzu, kura-kura yang merangkak dalam lumpur jauh lebih baik daripada kura-kura yang diawetkan dengan air keras dan tinggal di istana raja.



***

0 Comments:

Post a Comment

<< Home