Sunday, July 15, 2007

Gunung Kemukus: Pangeran Samodra Atau Syaikh Siti Jenar?

Saya pernah menonton sebuah acara di TV7, yang saat itu sedang menyoroti kehidupan malam di Gunung Kemukus: tentang orang yang mencari pesugihan dengan berziarah ke makam Pangeran Samodra dan melakukan ritual pelengkapnya yaitu: melakukan hubungan badan dengan pasangan selingkuh.

Ritual aneh tersebut tak lepas dari cerita yang beredar dari mulut ke mulut: tentang kisah cinta tragis Pangeran Samodra dan ibu tirinya, Dewi Ontrowulan. Kisah cinta yang ditentang oleh ayah Pangeran Samodra, yaitu raja dari trah dinasti Mataram: yang mengakibatkan Pangeran Samodra diusir dari kraton dan diasingkan ke Gunung Kemukus.

Kebenaran historisitas dari cerita semacam itu selalu dapat diragukan. Dalam acara yang ditayangkan di TV7 tersebut, diwawancari paling tidak dua orang ahli sejarah dari Solo, yaitu dari UNS dan Kraton Solo. Nama keduanya saya lupa. Tapi yang jelas keduanya meragukan Gunung Kemukus sebagai makam Pangeran Samodra. Bahkan ahli sejarah dari Kraton Solo, yang juga abdi dalem kraton, menegaskan bahwa dalam catatan silsilah kraton tidak terdapat seorang pangeran yang bernama Pangeran Samodra. Lebih mengejutkan lagi, ahli sejarah dari UNS, mengemukakan pendapatnya bahwa ada kemungkinan makam di Gunung Kemukus adalah makam Syaikh Siti Jenar, salah seorang wali songo yang paling misterius dan kontroversial. Kisah-kisah miring sekitar Gunung Kemukus sengaja direkayasa oleh orang-orang yang antipati terhadap Syaikh Siti Jenar, untuk mendiskreditkan namanya dan mencemarkan makamnya.

Riwayat hidup Syaikh Siti Jenar sendiri memang penuh diliputi misteri. Dalam babad-babad Jawa dia dikisahkan sebagai berasal dari cacing, bahkan setelah mati jasadnya berubah menjadi anjing. Dia dicap sebagai bid'ah dan penyesat. Namun tak jarang juga dia justru dipuji sebagai tokoh suci. Dalam Serat Centhini misalnya dikatakan bahwa dia itu kafir di hadapan manusia, tapi beriman di mata Tuhan:

"... kapir danas Siti Jenar, Islamipun indallah, kapir danas wong puniku, punika kapir sampurna."

Salah satu buku yang berusaha mengupas riwayat Syaikh Siti Jenar dengan pendekatan seobyektif mungkin adalah novel Syaikh Siti Jenar, yang ditulis Agus Sanyoto, diterbitkan LKiS, 2003. Kesimpulannya mengejutkan: bahwa dia adalah seorang pejuang muslim sejati yang berusaha menegakkan masyarakat ummah, yang menentang kediktaktoran raja-raja Jawa dan Sunda. Perjuangannya tersebut tentu saja mendapat tentangan dari banyak pihak yang merasa dirugikan. Karena itu banyak orang yang mengincar kematiannya. Dia pun dijadikan sasaran berbagai macam fitnah: dan beredarlah kisah-kisah seperti yang kita dengar selama ini: bahwa dia seorang bid'ah dan penyesat.

Kesimpulannya: sejarah selalu dapat dibelokkan oleh penguasa. Dan jika sejarah sudah dibelokkan, yang mulia bisa dihujat, dan yang bathil justru dipuji.

Terakhir kali, sekedar sebagai bahan obrolan: di dekat Gunung Kemukus terdapat sebuah desa yang bernama Desa Lemah Abang (Mahbang). Di dalam novel Agus Sanyoto tersebut dikisahkan bahwa dalam perjuangannya membangun masyarakat ummah, Syaikh Siti Jenar dengan giat membuka desa-desa baru yang selalu dia beri nama Desa Lemah Abang, sehingga dia disebut juga sebagai Syaikh Lemah Abang.

Mungkinkah Gunung Kemukus memang makam Syaikh Siti Jenar?

Wallahualam.